Senin, 25 April 2011

Awet Muda dan Panjang Umur Dengan Royal Jelly

Royal jelly alias susu lebah ratu diyakini menyimpan rahasia awet muda serta umur panjang. Penelitian membuktikan, lebah ratu bisa hidup 40 kali lebih lama dibanding lebah pekerja karena selalu mengonsumsi jenis madu yang sangat istimewa ini.
Jenis madu ini disebut susu ratu atau royal jelly karena wujudnya yang putih kental seperti susu. Dalam koloni lebah, madu ini merupakan makanan istimewa yang hanya dipersembahkan untuk lebah ratu dan tidak ada lebah pekerja yang boleh memakannya.
Salah satu nutrisi yang terkandung dalam royal jelly adalah royalactin, sejenis protein yang sangat berperan dalam proses pertumbuhan. Itulah sebabnya, lebah ratu bisa tumbuh dengan ukuran 42 persen lebih besar dan 60 persen lebih berat dibanding lebah pekerja.
Bukan itu saja, kandungan royalactin juga membuat lebah ratu mampu bertahan hidup lebih lama. Jika lebah pekerja rata-rata hidup selama 7 pekan saja, lebah ratu bisa mencapai usia 7 tahun atau sekitar 40 kali lebih lama dibanding lebah pekerja.
Semula, para ahli menduga perbedaan usia dan ukuran lebah ratu dengan lebah pekerja terletak pada faktor genetis. Namun sebuah penelitian terbaru di Jepang menunjukkan,royal jelly lebih punya peran dalam membentuk perbedaan kasta dalam sebuah koloni lemah.
Untuk membuktikannya, Dr Masaki Kamakura dari Toyama Prefectural University membandingkan efek royalactin pada lebah ratu dengan lalat buah (Drosophila melanogaster). Lalat buah yang biasanya berukuran kecil, tumbuh lebih besar ketika diberi royal jelly.
“Perbedaan lebah ratu dengan lebah pekerja bukan hanya pada faktor genetis, tapi lebih pada royal jelly. Meski begitu mekanismenya belum diketahui pasti,” ungkap Dr Kamakura dalam laporannya yang dimuat di jurnal Nature, seperti dikutip dari Dailymail.
Pada manusia, manfaat royal jelly sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Ratu-ratu pada masa itu menggunakannya untuk mempercantik kulit, sementara dalam proses pemakaman madu ini dipakai sebagai campuran untuk mengawetkan mayat agar menjadi mumi.
Sedangkan pada masa kini, berbagai produk kecantikan juga menggunakan royal jelly karena diyakini bisa menghambat proses penuaan penyebab kulit kusam dan keriput. Ramuan pembangkit libido atau gairah seks juga banyak yang menggunakanroyal jelly karena diyakini bisa mendongkrak vitalitas.

Apakah Urine Aman Untuk Di Minum?

Minum urine sudah jadi budaya bagi sebagian masyarakat selama berabad-abad. Apakah itu berarti urine aman untuk diminum?
Sebanyak 95 persen dari urine adalah air. Adapun 5 persennya lagi adalah elektrolit yang mengandung klorida, sodium, dan potasium. Urine juga bisa membawa sisa racun hasil buangan ginjal.
Sodium menarik air dari sel sehingga jika jumlahnya terlalu banyak di dalam tubuh, maka senyawa ini dapat menyebabkan dehidrasi. Sementara itu, terlalu banyak potasium bisa berbuntut pada serangan jantung.
“Mirip seperti minum air laut,” kata Jeff Giullian, ahli ginjal dari South Denver Nephrology Associates di Colorado, Amerika Serikat.
Meskipun demikian, elektrolit-elektrolit seperti itu tetap dibutuhkan sel untuk menghasilkan listrik dalam tubuh.
Pada beberapa budaya, urine dikonsumsi. Masyarakat di Semenanjung Iberia pada 50 tahun sebelum Masehi menggunakannya untuk memutihkan gigi. Dalam bahasa Sanskerta, ada istilah “amaroli” yang berarti “terapi urine”.
Beberapa orang juga dikenal menggunakan urine untuk bertahan hidup pada saat kondisi kurang air. Dan Woolley, yang terperangkap selama 65 jam di bawah reruntuhan Hotel Montana di Haiti, mengaku meminum urinenya sendiri.
Bear Grylls, pembawa acara TV Man Vs Wild, menyebutkan minum urine sebagai salah satu cara bertahan hidup. Woolley mengaku terinspirasi Grylls.
Akan tetapi, Les Stroud, bintang acara Survivorman, mengatakan hal yang berbeda. Ia memasukkan urine ke dalam daftar “jangan minum”. Mengonsumsi urine saat bertahan hidup malah akan memperparah keadaan.
Saat seseorang kurang cairan, kandungan elektrolit menjadi berlebihan dan konsentrasi asam juga meningkat. Meminumnya hanya akan memperparah kondisi.
sumber: nationalgeographic.co.id,